Jepara Indonesia Bagian Mana
International airports near Jepara, Indonesia
Informasi penting tentang Jepara Garden Resort
Alamatnya telah disalin.
Jl. Marsam RT 05 RW 06, Ngabul., Jepara, Indonesia, 59428 ,Jawa Tengah
Jl. Marsam RT 05 RW 06, Ngabul., Jepara, Indonesia, 59428 ,Jawa Tengah
Taman Bali Ngabul Jepara
Kampoeng wisata arifa
Kampoeng wisata arifa
8.5 Luar biasa | 38 ulasan5.3 km
8.2 Luar biasa | 17 ulasan7.6 km
8.9 Luar biasa | 7 ulasan8.0 km
8.8 Luar biasa | 56 ulasan8.1 km
8.5 Luar biasa | 106 ulasan8.3 km
8.6 Luar biasa | 34 ulasan8.5 km
8.2 Luar biasa | 15 ulasan8.5 km
8.1 Luar biasa | 90 ulasan8.6 km
7.9 Baik sekali | 11 ulasan8.7 km
8.4 Luar biasa | 4 ulasan8.7 km
9.2 Sempurna | 4 ulasan11.1 km
9.0 Sempurna | 20 ulasan11.2 km
8.8 Luar biasa | 14 ulasan13.3 km
Phishing Attack Warning
There are some links in social media, promising a free trial for vesseltracker.com. The linked website is being used for phishing and attempting to collect login data from vesseltracker users.
In order to keep you safe:
Kota Jepara adalah kota kecil di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Jepara terletak di pantai utara Jawa, utara-timur dari Semarang, tidak jauh dari Gunung Muria. Itu juga merupakan kota utama distrik Jepara, yang memiliki populasi sekitar 1 juta. Jepara dikenal sebagai Kota Ukir seni Jawa serta tempat kelahiran Kartini, pelopor di bidang hak-hak perempuan untuk Indonesia. Populasi adalah hampir seluruhnya Jawa dan lebih dari 95% Muslim. visit:
Pariwisata yang terkenal di kota Jepara diantaranya:
dan masih banyak lagi gan,
Jepara dikenal untuk industri mebel yang, terutama furniture jati. Industri ini mempekerjakan sekitar 80.000 orang, yang bekerja di sejumlah besar lokakarya terutama kecil. Perdagangan telah membawa kemakmuran yang cukup besar untuk Jepara, jauh di atas rata-rata untuk Jawa Tengah. Karena ada perdagangan ekspor yang besar, penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan mata uang lainnya mungkin telah menyebabkan peningkatan pendapatan untuk [pembuat mebel].
Sorotan di hotel ini adalah Wi-Fi di seluruh properti.
Kampoeng wisata arifa terletak hanya dalam jarak 1.2 km dari hotel. Jepara Garden Resort letaknya sekitar 20 menit dengan berkendara dari Udara Yoga.
Menginap di Jepara Garden Resort, Anda akan berada 70 km dari bandara Internasional Ahmad Yani.
Anda dapat menikmati pemandangan kolam dari semua kamar.
Para tamu dapat menikmati waktu di bar teras.
Hotel ini menawarkan sarapan penuh dengan harga Rp 60,000 per orang per hari.
English, Spanish, Danish, Bahasa Indonesian, Javanese
Kalender Harga dan Ketersediaan Kamar
Periksa ketersediaan dan harga untuk tanggal Anda sekarang!
Penemuan bukti dan proses pendangkalan
Bukti adanya Selat Muria pada zaman dahulu ini adalah dengan ditemukannya sebuah fosil kerang laut, serta banyak batuan karang yang masih berdiri di Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Ada bukti lainnya, yaitu ketika membuat sumur bor dengan kedalaman 20 meter air yang keluar merupakan pasir serta rasa air yang keluar berasa asin seperti halnya air laut.
Hal lainnya adalah penemuan benda purbakala di Situs Patiayam Kudus, berupa bukti kehidupan manusia dan hewan darat. Juga ditemukan bukti kehidupan hewan laut zaman dulu, tak hanya hewan darat seperti harimau, badak, babi, gajah, kerbau, banteng, dan rusa yang ditemukan.
Beberapa fosil hewan laut seperti moluska, ikan hiu, penyu, dan buaya, juga ditemukan di sana. Ini membuktikan bahwa daerah Patiayam dulu pernah menjadi pemisah antara Muria dan Pulau Jawa. Fosil hewan-hewan tersebut diperkirakan berusia di atas 800 ribu tahun.
Sementara, pada Situs Medang yang terletak di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, dalam sebuah ekskavasi yang dilakukan di sana, ditemukan jejak sebuah hunian kuno dan beberapa temuan lainnya seperti fragmen gerabah, keramik, dan perhiasan berbahan emas.
Baca juga Ceceran Nama Besar Kartini di Penjuru Jepara
Dari adanya temuan-temuan tersebut, diduga Situs Medang dulunya merupakan hunian kuno yang letaknya berada di sisi selatan Selat Muria.
Memasuki abad ke-17, Selat Muria semakin dangkal sehingga kapal tidak dapat berlayar mengarunginya. Meski demikian, pada musim hujan perahu-perahu kecil masih bisa mengarungi selat itu dari Demak hingga Juwana.
Pada 1996, seorang peneliti bernama Lombard menjelaskan ada air laut dari Selat Muria yang masih tersisa sampai sekarang. Air laut yang terperangkap di dataran Jawa itu kemudian dikenal dengan nama Bledug Kuwu.
Mengutip dari Siagabencana, Selat Muria hilang akibat adanya sedimentasi yang terjadi secara terus-menerus. Sedimentasi tersebut terjadi akibat adanya pengangkatan pegunungan Kendeng.
Bukan hanya itu, diperkirakan adanya sendimentasi tersebut akibat perubahan arah aliran Bengawan Solo purba yang dulunya mengalir ke pantai selatan Wonogiri, lalu berubah mengalir ke arah utara.
Meski belum ditemukan bukti yang spesifik bahwa sungai Bengawan Solo mengalir ke arah Selat Muria. Tetapi, jika dilihat dari pola morfologi Pulau Jawa, maka sangat memungkinkan hal tersebut terjadi.
Namun, hilangnya Selat Muria diduga menjadi awal dari kemunduran Kerajaan Demak yang pernah berjaya di laut Nusantara. Karena pendangkalan itu, Demak yang mulanya berada di tepi Selat Muria kemudian berubah menjadi sebuah kota yang dikelilingi oleh daratan.
Setelah pendangkalan yang terjadi di Selat Muria, pelabuhan kerajaan itu kemudian berpindah ke Jepara. Pada 2014 lalu sempat memunculkan kekhawatiran bahwa Selat Muria akan terbentuk lagi akibat banjir yang menyerang Kabupaten Pati dan sekitarnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
6°35′31″S 110°40′16″E / 6.592071°S 110.671242°E / -6.592071; 110.671242
Jepara (bahasa Jawa: ꦗꦼꦥꦫ) (atau disebut juga Jepara Kota) adalah ibu kota Kabupaten Jepara yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian dari Kabupaten Jepara. Jepara juga merupakan sebuah wilayah kecamatan yang terletak di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.[3]
Menurut C. Lekkerkerker, nama Jepara berasal dari kata Ujungpara. disebut ujungpara karena dahulu ada orang dari Majapahit yang sedang berjalan melewati daerah yang sekarang disebut Jepara, melihat nelayan yang sedang membagi-bagi ikan hasil tangkapannya "membagi" dalam bahasa jawa adalah "Para" (dibaca: Poro), maka pengembara tersebut menceritakan di kota tujuannya bahwa dia melewati Ujung Para karena dia melewati ujung pulau Jawa yang ada yang membagi ikan.
Kemudian berubah menjadi Ujung Mara, dan Jumpara, yang akhirnya berubah menjadi Japara pada tahun 1950an diubah menjadi Jepara hal itu dibuktikan adanya Persijap (Persatuan Sepak bola Japara). Kata Ujung dan Para sendiri berasal dari bahasa jawa, Ujung artinya bagian darat yang menjorok ke laut dan Para yang artinya menunjukkan arah, yang digabung menjadi suatu daerah yang menjorok ke laut.
Letak geografis memang menempatkan Jepara di semenanjung yang strategis dan mudah di jangkau oleh para pedagang. Para dari sumber yang lain diartikan Pepara, yang artinya bebakulan mrono mrene, yang kemudian diartikan sebuah ujung tempat bermukimnya para pedagang dari berbagai daerah. Orang Jawa menyebut menyebut nama Jepara menjadi Jeporo, dan orang Jawa yang menggunakan bahasa krama inggil menyebut Jepara menjadi Jepanten, dalam bahasa Inggris disebut Japara, Sedangkan orang Belanda menyebut Yapara atau Japare.
Kecamatan Jepara terbagi menjadi 4 desa dan 11 Kelurahan, yaitu:
Pada umumnya penduduk Jepara merupakan suku Jawa, dan beberapa suku lain dari Indonesia. Tahun 2021, jumlah penduduk kecamatan Jepara sebanyak 92.967 jiwa, dengan kepadatan 1.167 jiwa/km².[2] Kemudian, persentasi penduduk kecamatan Jepara berdasarkan agama yang dianut yakni Islam 97,03%, kemudian Kekristenan 2,93% dimana Protestan 2,41% dan Katolik 0,51%. Selebihnya buddha sebanyak 0,02% dan Hindu 0,02%.[4]
Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar masyarakat Kecamatan Jepara menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Jeporonan.
Kecamatan Jepara memiliki beberapa taman, yaitu:
Masakan khas Jepara, adalah:
Kecamatan Jepara terdapat 1 Polindes, 1 Puskesmas dan 3 Rumah Sakit, yaitu:
Kecamatan Jepara terdapat beberapa Pasar, yaitu:
Wikimedia Commons memiliki media mengenai
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,
District in Lampung Province
The population of Way Jepara as well as related information and services (Wikipedia, Google, images).
Source: Badan Pusat Statistik, Republik Indonesia (web).
Explanation: Districts in the boundaries of 2010; their area is computed by using geospatial data. Regencies and cities as defined in 2015.
Nearest major airport to Jepara, Indonesia
The closest major airport to Jepara, Indonesia is Achmad Yani International Airport (SRG / WARS). This airport is in Semarang, Indonesia and is 80 km from the center of Jepara, Indonesia. If you're looking for international or domestic flights to SRG, check the airlines that fly to SRG.
Travelmath helps you find the closest airport to any city, as well as a list of smaller local airports. You can use these pages to plan your trip and figure out the easiest way to get to your destination. Many times there are multiple airports near the city you want to visit, so you can often find a cheaper flight into a different airport. This is especially useful if you are getting a rental car, since it might be better to drive a bit farther in order to save money on airfare. If you're booking an international flight, you probably want the closest major airport, otherwise if you're a pilot you may be looking for a local airport. Use this tool along with the flight distance pages to plan your travel.
Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibu kotanya adalah Kecamatan Jepara. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di barat dan utara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus di timur, serta Kabupaten Demak di selatan.
Jauh sebelum adanya kerajaan-kerajaan di tanah jawa, di ujung sebelah utara Pulau Jawa sudah ada sekelompok penduduk yang diyakini orang-orang itu berasal dari daerah Yunnan Selatan yang kala itu melakukan migrasi ke arah selatan. Jepara saat itu masih terpisah oleh Selat Juwana.
Jepara sendiri berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara, dan Jumpara, yang kemudian menjadi Jepara. Kata Jepara sendiri memiliki makna sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah.
Menurut buku “Sejarah Baru Dinasti Tang'' (618-906 M), mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga disebut Jawa atau Japa dan diyakini berlokasi di Keling, kawasan timur Jepara sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal sangat tegas.
Baca juga Adon-Adon Coro, Minuman Berkhasiat Khas Bumi Kartini PH
Kota pelabuhan itu banyak dikunjungi oleh kapal asing, baik yang datang dari India, Arab, Cina, Kamboja, maupun dari Eropa Barat. Jepara kemudian menjadi sangat ramai oleh kesibukan di bidang pelayaran, perniagaan, perdagangan, dan menjadi salah satu pintu gerbang masuknya berbagai pengaruh asing.
Sebagai salah satu kabupaten atau daerah tertua di Jawa, Jepara telah mengalami berbagai lintasan sejarah yang dimulai sejak munculnya pemerintahan di masa kerajaan. Beberapa kerajaan diketahui telah menguasai Jepara, di antaranya Kerajaan Kalingga, Mataram Kuno, Majapahit, Demak, Kalinyamat, hingga Mataram Islam.
Kota Jepara juga terkenal dengan kerajinan ukiran kayu yang memiliki sejarah panjang. Meski sempat mengalami pasang surut, namun semakin ke sini kerajinan ukiran kayu di Jepara semakin mendunia. Karena itulah kota itu sampai dijuluki “The World Carving Center” atau Kota Ukir Dunia.
Tapi banyak yang tidak tahu bahwa Jepara pernah terpisah dari Pulau Jawa, bersama daerah sekitar Gunung Muria yang meliputi Kabupaten Kudus, Jepara, dan Pati, dengan Pulau Jawa dulu dipisahkan dengan sebuah laut dangkal atau selat.
Kamar dan ketersediaan
Tampilkan 1 tipe kamar lagiKurang
Jl. Marsam RT 05 RW 06, Ngabul., Jepara, Indonesia, 59428 ,Jawa Tengah
Bandara Internasional Ahmad Yani (SRG) 69.7 km
Parkir mobil di luar hotel
Tampilkan semua fasilitasSembunyikan fasilitas
Further information about the population structure:
Jepara, Trung Java, In-đô-nê-xi-a bản đồ, nó nằm ở đâu. Latitude và kinh độ: 110.6786933, -6.582711. Theo số liệu mới nhất, dân số là — Không có dữ liệu.
More trip calculations
Ulasan Jepara Garden Resort
7.6 /10
Semua ulasan yang ditampilkan berasal dari pengalaman tamu yang sesungguhnya. Hanya wisatawan yang pernah menginap di hotel kami yang dapat mengirimkan ulasan. Kami memverifikasi ulasan sesuai dengan pedoman kami dan mempublikasikan semua ulasan, baik positif maupun negatif.
Pernah menginap di sini?
hotelmix.id menggunakan cookie yang benar-benar diperlukan agar dapat berfungsi. Kami tidak mengumpulkan cookie analitis dan pemasaran.OKE
Selat Muria yang pisahkan Pulau Jawa
Selat Muria adalah wilayah laut yang dulunya pernah memisahkan antara daratan Jawa dengan Gunung Muria. Karena keberadaan selat itu, kota-kota pantura yang sekarang bernama Jepara, Kudus, dan Pati pernah berada terpisah di luar daratan Pulau Jawa.
Pada masa glasial, Gunung Muria beserta pegunungan kecil Patiayam dulunya bergabung dengan daratan utama Pulau Jawa. Perluasan pembekuan es di kutub menyebabkan air laut surut hingga 120 meter dari kondisi permukaan saat itu.
Pada masa inter glasial, kejadiannya berbalik. Suhu bumi menghangat sehingga menyebabkan terjadinya pencairan es, volume air laut pun meningkat. Gunung Muria terisolir dari dari Pulau Jawa dan terpisahkan oleh laut dangkal yang tak terlalu lebar.
Dahulu, pusat kerajaan Demak terletak di tepi pantai Selat Muria yang memisahkan Pulau Jawa dengan Pulau Muria. Kapal dapat berlayar dengan baik saat melewati selat yang cukup lebar. Oleh karena itu, dalam sejarah, Kerajaan Demak juga disebut dengan kerajaan maritim.
Baca juga Pantai Ombak Mati, Cuilan Surga yang Bersahaja
Mengutip dari Kemendikbud.go.id, dulunya Selat Muria adalah jalur perdagangan dan transportasi yang ramai dilalui. Selat itu menjadi jalan antara masyarakat yang tinggal di Pulau Jawa dengan mereka yang tinggal di pulau-pulau lainnya.
Karena adanya selat ini, masyarakat yang ingin bepergian antara Kudus dan Demak harus menggunakan kapal. Keberadaan selat ini pulalah yang dahulu membuat Kerajaan Demak menjadi jaya karena menguasai jalur maritim.
Kejayaan Demak ini, menurut sejarawan H.J. De Graaf dan T.H.T Pigeaud dalam bukunya yang berjudul ''Kerajaan Islam Pertama di Jawa'' (1974), didukung oleh lokasinya yang dekat dengan lautan.
“Letak Demak cukup menguntungkan bagi kegiatan perdagangan maupun pertanian. Selat yang memisahkan Jawa Tengah dari Pulau Muria pada masa itu cukup lebar dan dapat dilayari dengan leluasa, sehingga dari Semarang melalui Demak, perahu dagang dapat berlayar sampai Rembang, baru sejak abad ke-17 Selat Muria tak dapat dipakai lagi sepanjang tahun,” tulis De Graaf dan Pigeaud.